PERBANDINGAN MUTU DAN BIAYA ANTARA PENGGUNAAN PASIR SORONG DAN PASIR BITUNG SEBAGAI MATERIAL BETON
Main Article Content
Abstract
Sebagai daerah dengan pembangunan infrastruktur yang pesat, kota Sorong merupakan daerah yang memanfaatkan pasir dari pegunungan sebagai bahan pembuatan beton. Dalam pelaksanaannya terdapat kerumitan tersendiri, Dimana pasir tersebut harus dicuci dahulu sebelum di digunakan. Karenanya, jika harus dihadapkan pada kebutuhan beton dengan mutu tinggi, digunakan pasir dari luar daerah yang berasal dari letusan gunung berapi, tepatnya di daerah Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara, yang letaknya cukup jauh dari Kota Sorong. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk perbandingan mutu dan biaya yang dihasilkan dari pasir Bitung dan Pasir Malanu sebagai material beton. Dengan metode deskriptif kualitatif penelitian ini akan menganalisis dan menginterpretasi data primer dan sekunder. Kesimpulan yang diperoleh yaitu bahwa pencapaian kuat tekan beton untuk target mutu Fc’ 25 MPa untuk penggunaan pasir Malanu adalah sebesar Fc’ 15,26 MPa atau sebesar 61 % dari target mutu. Sedangkan untuk penggunaan pasir Bitung sebesar Fc’ 20,99 MPa atau sebesar 84 % dari target mutu. Sehingga perbandingannya adalah 1 : 1,4. Dari sisi biaya bahan baku langsung untuk target mutu Fc’25 MPa untuk penggunaan pasir Malanu sebesar Rp. 1.080.547. Sedangkan untuk penggunaan pasir Bitung sebesar Rp. 1.254.075. Sehingga perbandingannya adalah 1 : 1,16.
Article Details
How to Cite
Udak, M., & Ola, J. (2023). PERBANDINGAN MUTU DAN BIAYA ANTARA PENGGUNAAN PASIR SORONG DAN PASIR BITUNG SEBAGAI MATERIAL BETON. Jurnal Karkasa, 9(1), 24-28. https://doi.org/10.32531/jkar.v9i1.958
Section
Articles

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
LPPM Politeknik Katolik Saint Paul Sorong
References
Badan Standarisasi Nasional. (1993). SNI 03-2834-1993: Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Normal. Jakarta: BSN.
Badan Standarisasi Nasional. (1998). SNI 03-4810-1998: Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan. Jakarta: BSN.
Badan Standarisasi Nasional. (2013). SNI 2847-2013: Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung. Jakarta: BSN.
Imran, I. (2004). Pengenalan Rekayasa dan Bahan Konstruksi (SI-2101). Bandung: Penerbit ITB.
Mulyono, T. (2005). Teknologi Beton. Yogyakarta: Andi.
Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Neville, A. M., & Brooks, J. J. (1987). Concrete Technology. New York: Longman Scientific and Technical.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tjokrodimuljo, K. (1996). Teknologi Beton. Yogyakarta: Nafri.
Wuryati Samekto & Rahmadiyanto, C. (2001). Teknologi Beton. Yogyakarta: Kanisius.
Badan Standarisasi Nasional. (1998). SNI 03-4810-1998: Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan. Jakarta: BSN.
Badan Standarisasi Nasional. (2013). SNI 2847-2013: Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung. Jakarta: BSN.
Imran, I. (2004). Pengenalan Rekayasa dan Bahan Konstruksi (SI-2101). Bandung: Penerbit ITB.
Mulyono, T. (2005). Teknologi Beton. Yogyakarta: Andi.
Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Neville, A. M., & Brooks, J. J. (1987). Concrete Technology. New York: Longman Scientific and Technical.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tjokrodimuljo, K. (1996). Teknologi Beton. Yogyakarta: Nafri.
Wuryati Samekto & Rahmadiyanto, C. (2001). Teknologi Beton. Yogyakarta: Kanisius.